on being a freelancer or full-time employee (which one you choose?)


'bosen banget kuliah pengen cepet-cepet kerja.'

'enak sih kalau udah kerja punya gaji sendiri bisa beli apa aja suka-suka gue.'

'kayaknya seru banget kerja di situ bisa jalan-jalan gratis dibayarin kantor.'

Masih banyak lagi kayaknya khayalan-khayalan tentang dunia kerja waktu masih kuliah dulu. Bosen dengan kegiatan belajar dan bikin tugas tiap hari bikin kita pengen cepat lulus dari dunia kampus dan mencicipi dunia kerja. Nyatanya................. khayalan ga selalu bisa jadi kenyataan! Dunia kerja bukan cuma tentang punya gaji sendiri, office attire yang bikin kita keliatan lebih classy, atau ga perlu pusing kalau sakit karena ada asuransi kesehatan yang ditanggung kantor. Dunia kerja lebih kompleks daripada itu, adik-adik!

Sebelum memutuskan kerja di mana setelah lulus kuliah, pasti akan banyak pertimbangan yang kita pikirin seperti soal kesesuaian pekerjaan yang kita mau dengan major kita pas kuliah, reputasi si perusahaan atau organisasi, gaji, bahkan letak kantor! Ditambah sekarang ini kerja sudah bukan melulu jadi PNS atau karyawan swasta, semakin banyaknya pilihan berkarir justru bikin kita makin ragu harus nyemplung ke mana.

Nah di post ini gue mau mencoba berbagi pengalaman ke kalian tentang dunia kerja yang kurang lebih sudah 3 tahun gue jalanin, both sebagai freelancer atau karyawan kantor.

(disclaimer : gue ga mendukung atau membela salah satu dari dua jenis pekerjaan tersebut. aku netral, guys.)

Terhitung setelah lulus kuliah bulan November 2013, gue langsung mulai bekerja di sebuah sekolah internasional di Jakarta sebagai freelance teacher. Beberapa bulan setelah itu gue berhasil diterima di sebuah NGO sebagai program officer, dimulai lah hari-hari bekerja dari jam 8 pagi sampai 5 sore tersebut! Lingkungan kerja di NGO ini beda jauh dengan saat gue bekerja di sekolah, dari jam kerjanya, outiftnya, dan lain-lainnya. Di NGO, gue harus beinteraksi dengan banyak orang setiap hari (bos, program manager, admin kantor, sampe office boy) sementara di sekolah gue lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak.

Singkat cerita, gue bekerja di NGO ini selama 1 tahun, karena satu dan lain hal (padahal cuma satu hal) gue akhirnya resign dan kembali menjadi freelance teacher. Dari pengalaman yang gue punya ini, gue akan mencoba menuliskan perbandingan antara menjadi freelancer atau full-time employee dilihat dari beberapa aspek.


1. Gaji

Saat jadi karyawan tetap, otomatis kita akan punya gaji yang tetap pula yang bakal kita terima setiap bulan. Ngga peduli dalam satu bulan kita ada izin sakit atau cuti, gaji yang kita terima ga akan berubah. Kita pun akan diuntungkan dengan adanya THR, kenaikan gaji berkala, dan bonus yang (kadang) diberikan oleh kantor. Di lain sisi, menjadi freelancer artinya kita menerima bayaran sesuai dengan pekerjaan yang kita lakukan. Contohnya gue, gaji yang gue terima adalah tergantung berapa kali gue bekerja setiap bulan, kalau gue berhalangan hadir ya gaji gue akan berkurang. Beberapa pekerjaan freelance lain juga kadang memberikan gaji kepada pekerjanya sesuai dengan besar-kecilnya proyek yang sedang dikerjakan. Intinya, gaji freelancer adalah fluktuatif, kadang bisa lebih kecil dari karyawan kantor, kadang berkali-kali lipat lebih besar!

2. Jam Kerja

Freelancer memiliki jam kerja yang fleksibel. Kadang kita harus datang ke tempat kerja, kadang kita cukup menyelesaikan pekerjaan dari rumah. Jam kerja gue dimulai dari jam 2 siang sampai jam 4 sore, cukup menyenangkan bukan? hehehe. Tapiiiii, kalau deadline proyek sudah mepet, kita bisa dipaksa melek berhari-hari atau pindah tempat ke sana-sini. Atau kalau saat belum ada proyek, atau sekolah lagi libur, ya siap-siap deh nganggur. Freelancer pun lebih mudah kalau mau menjadwalkan liburan. Karena tidak terlalu terikat ke aturan jam kerja, asal pekerjaan kita selesai dengan baik dan tepat waktu, kita bisa bebas mau liburan ke mana aja. dan kapan saja.

Sementara pegawai kantoran biasanya memiliki waktu kerja 9 sampai 10 jam perhari, dimulai dari jam 8/9 pagi sampai jam 5/6 sore. Setiap haripun kita harus absen tiap datang dan pulang supaya ga dianggep alfa. Karyawan kantor juga biasanya memiliki izin cuti hanya 12 hari dalam setahun, makanya kita harus pinter-pinter nyusun waktu kalau mau liburan karena cuti yang terbatas tersebut (ini kenapa tiap long weekend pasti dimanfaatin buat liburan).

3. Jenjang Karir

Bisa dibilang karyawan kantor memiliki jenjang karir yang lebih jelas. Kalau awal kerja kita masih jadi officer, dalam beberapa tahun kerja serta dibuktikan dengan performa kerja yang bagus, kita bisa naik jabatan yang akan diikuti dengan kenaikan gaji. Kesempatan untuk melanjutkan sekolah dengan dibiayai full oleh kantor juga dimiliki oleh pegawai kantoran. Nah melihat ini bukan berarti freelancer ngga punya jenjang karir, justru saat menjadi freelancer kita bisa lebih mengeksplor bakat dan passion kita dengan mengikuti workshop atau training. Dengan jam kerja yang fleksibel, disamping bekerja seorang freelancer juga bisa ikut berbagai kursus yang apalagi gunanya kecuali untuk menambah pengetahuan.




Beberapa contoh di atas merupakan gambaran kecil dari perbandingan antara menjadi seorang freelancer atau full-time employee. Bekerja sebagai apapun, pasti akan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tinggal kita yang harus menentukan, pekerjaan mana yang layak kita perjuangkan meskipun tidak selalu membawa kesenangan. Bekerja itu melelahkan. Ya. Berkutat dengan macetnya jalan raya setiap hari, berurusan dengan rekan kerja yang nyebelin, atasan yang galak, atau client yang demanding juga bisa bikin kita sakit kepala.Tanpa harus memilih mana yang lebih menguntungkan, gue percaya setiap pekerjaan pasti butuh perjuangan dan pasti memerlukan pengorbanan. Happy working, guys!

x,

C




Share:

0 comments