Kejadiannya sudah 6 bulan yang lalu saat
pelecehan seksual itu saya alami, namun masih membekas diingatan ini bagaimana
laki-laki itu mengambil kesempatan saat saya sedang tertidur pulas di kamar
hostel saya di India. Tidak, saya tidak mabuk. Baju tidur yang saya pakai pun
celana panjang dan kaos kebesaran. Tapi nyatanya, saya menemukan laki-laki itu
mengangkat tangannya dari kaki saya dan pergi begitu saja setelah akhirnya saya
terbangun.
Jam 3 pagi saat itu dan sulit untuk saya mencerna
apa yang baru saja terjadi. Saya menangis dan gemetar memikirkan apa yang akan
terjadi jika tadi saya tidak bangun. Pagi harinya saya menceritakan kejadian
itu ke dua teman yang kebetulan menjadi teman perjalanan saya. Kebetulan hari
itu hari terakhir kami ada di Jaipur, sebelum keluar saya memutuskan untuk
melaporkan hal tersebut ke staff hostel, saya ingin memastikan apakah ia
melihat siapa laki-laki yang semalam masuk ke kamar. Sayang, petugas itu juga
tidak melihat karena ia pun sudah tidur. Karena masih sedikit shock dan tidak
tau apa lagi yang harus dilakukan, saya akhirnya memutuskan untuk melupakan
kejadian semalam.
Namun tidak dengan teman saya, ia memaksa
staff hostel untuk melapor ke atasannya dan menanyai tamu lain satu per satu
supaya saya bisa menemukan laki-laki itu. Ia tegas mengatakan kejadian ini
tidak seharusnya terjadi dan harus diselesaikan. Tanpa ingin membuat usahanya
sia-sia, saya meminta teman saya untuk berhenti. Saya hanya ingin keluar dari
tempat itu secepat mungkin dan melupakan apa yang terjadi semalam. Saya tidak
mau masalah ini menjadi semakin panjang.
Teman saya kecewa, dia ingin saya tetap
berjuang. Saya pun sadar, seharusnya saya tetap berjuang.
Sejak kembali ke Indonesia beberapa hari
setelahnya, tidak satu haripun saya berhenti menyesal mengapa saat itu saya
lebih memilih diam dan melupakan kejadian tersebut. Seharusnya saya memaksa
staff hostel untuk membantu saya mencari laki-laki itu dan melakukan
perlawanan. Seharusnya saya segera melapor ke pemilik hostel agar ia dapat
memastikan hal yang saya alami tidak akan dialami orang lain. Saya menyesal
mengapa saya lebih memilih pergi seakan kejadian itu wajar saja terjadi.
Untuk
teman-teman semua terutama perempuan yang senang bepergian, pesan saya supaya
lebih berhati-hati lagi dalam memilih penginapan. Apalagi jika kalian solo traveller
dan memilih tinggal di hostel untuk menghemat budget. Pastikan hostel kalian punya
review yang baik dan tingkat keamanan yang tinggi. Jangan mementingkan harga
murah namun tidak peduli dengan keamanan dan kenyamanan. Saya menganggap apa
yang terjadi kemarin adalah kesialan, ya, shit happened. Tapi kejadian itu akan
saya jadikan pembelajaran agar lebih waspada dan tidak lengah.
Setelah apa yang saya alami saat itu, saya
semakin menyadari bahwa pelecehan seksual bisa terjadi kapanpun, di manapun,
dan kepada siapapun. Perempuan tidak akan pernah merasa aman selama laki-laki
masih menganggap pelecehan seksual itu sah-sah saja karena perempuan akan diam
saja. Perempuan masih harus sibuk memilih baju yang ‘pantas’ supaya tidak
mendapat siulan saat berdiri di pinggir jalan. Perempuan masih akan tetap
menjadi korban selama laki-laki masih menganggap pelecehan seksual pantas
dilakukan karena perempuan yang mengundang.
Untuk semua perempuan yang pernah mengalami
pelecehan seksual, jangan pernah lagi kalian diam. Melawanlah. Kita tidak akan
langsung mendapat respon positif saat kita melawan. Mereka mungkin akan tertawa,
atau justru makin gencar menggoda. Kita akan disebut melebih-lebihkan atau
justru kita yang disalahkan. Namun jangan pernah diam, jangan. Jangan pernah
diam saat dilecehkan sampai hal itu menjadi kebiasaan. Jangan pernah diam saat
dilecehkan sampai akhirnya mereka yang akan diam.
Untuk semua perempuan, keep in mind that
this is our battle. Kita bukan dan tidak boleh menjadi objek kesenangan para lelaki. Tubuh ini milik kita sendiri dan bukan untuk
dinikmati. So why choose golden when your
voice could be a diamond?
- Christie
Wrote by The Working Girls